Rabu, 17 November 2010

GEREJA DAN MISI

Apakah gereja kita sudah mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus  sesuai dengan bunyi Matius 28:19-20?
Inilah yang menjadi perenungan Gembala Sidang dan mengajak segenap jemaat GSJA "Mercy For All Nations" dan setiap pembaca bisa memberi tanggapan atas tulisan yang bersumber dari Buku "“Mission for Every Church”.
Kiranya tulisan berikut menjadi berkat bagi Anda.

                                                            "GEREJA DAN MISI"


Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan mengatakan "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yohanes 20:21). Dia menegaskan agar para murid dan pengikut-Nya melanjutkan pekerjaan yang telah Ia mulai. Sebagaimana Kristus telah diutus ke dunia oleh Bapa untuk "mencari dan menyelamatkan" mereka yang terhilang, secara tak langsung Ia juga mengutus gereja yang telah Ia dirikan untuk melakukan hal yang sama. Tuhan telah membuat gereja untuk menjadi saksi lewat perkataan dan perbuatan mereka kepada dunia.
Gereja adalah `yang terutus` untuk melanjutkan pekerjaan Yesus dalam mencari mereka yang terhilang sehingga mereka dapat diselamatkan dan turut serta dalam Kerajaan Surga. Ini, dalam kata lain, disebut sebagai pekerjaan misi. Misi adalah segalanya tentang gereja, orang- orang yang telah ditebus, yang dikirim atau diutus ke dunia untuk melaksanakannya. Gereja tidak dibuat untuk melakukan pekerjaan misi karena gereja itu sendiri adalah misi. Dengan kuasa Roh Kudus, gereja adalah alat dimana Kristus dapat melanjutkan pemenuhan misi- Nya. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)

Amanat Agung
Selain dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas, Amanat Agung tersebut juga tertulis di kitab Matius 28:18-20, Markus 16:15, dan Lukas 24:47. Tidaklah penting untuk mempersoalkan keyakinan bahwa ayat-ayat tersebut adalah 5 versi berbeda dari sebuah perintah yang diberikan satu kali. Karena keempat penulis Injil itu telah mengutip Amanat Agung, wajar jika kita menganggap bahwa Amanat Agung tersebut adalah sebuah bagian penting dari perintah yang diberikan Kristus yang telah bangkit kepada para murid sebelum Dia terangkat ke surga.
Mari kita membaca kembali Matius 28:18-20, versi Amanat Agung terpanjang dan yang paling sering dikutip: "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Perlu dicatat bahwa perintah itu dimulai dengan pendeklarasian kebesaran kuasa Kristus dan kemudian diikuti kata "karena itu" yang berarti bahwa kuasa itulah yang menjadi dasar dari perintah untuk pergi, memuridkan, membaptis dan mengajar. Selanjutnya perintah itu pun ditutup dengan sebuah janji.
Dengan memberikan Amanat Agung, Yesus memberikan pada para murid-Nya perintah berkelanjutan untuk sepanjang masa dan segala tempat.
Dalam Perjanjian Baru, kita membaca bahwa gereja dengan penuh iman dan kuasa bersaksi pada orang-orang di seluruh daerah kekaisaran Romawi. Mereka terlibat dalam pekerjaan misi -- yakni mengirimkan orang-orang yang memenuhi syarat ke berbagai masyarakat di daerah dan budaya yang berbeda untuk mengabarkan dan menunjukkan kasih Kristus. Dengan melakukannya, Kerajaan Allah pun berkembang ke dalam jumlah yang mencengangkan.
Gereja dan Organisasi Misi Sebagai Mitra
Misi adalah tanggung jawab utama gereja. Meski demikian, akhir-akhir ini, sepertinya gereja telah memberikan tanggung jawab tersebut pada organisasi-organisasi misi yang mengambil peran besar dalam pengiriman misionaris.
Meski gereja harus memikul tanggung jawab utama dalam pengiriman misionaris, masih ada ruang untuk membina kerjasama yang baik dengan organisasi-organisasi misi dan organisasi pelayanan lainnya. Tidak ada gereja lokal yang benar-benar mengerti tentang kemungkinan situasi di suatu daerah misi yang terletak jauh dan begitu luas itu, dan organisasi misi di sini dapat membantu dengan segala pengetahuan dan pengalamannya. Bermodal fokus pada bidang dan pengalaman mereka, organisasi-organisasi misi telah mengembangkan pemahaman tersendiri mengenai suatu daerah misi tertentu, serta dapat memberikan bantuan dan fasilitas administratif untuk para pekerja. Dalam banyak kasus, organisasi misi telah lebih mempunyai pengalaman dengan "kebudayaan daerah sasaran", dan dapat membantu para misionaris pemula dalam hal pengurusan visa, pengetahuan bahasa, pemahaman budaya dan lainnya.

Mengapa Gereja Perlu Mengutus Misionaris?
+    Karena misi adalah hakikat alami dari Tuhan. Misi adalah hati, sifat dan perbuatan Tuhan. Suatu dorongan untuk menyemaikan sifat alamiah Tuhan, dan yang melambangkan segala pekerjaan-Nya. Bapa adalah Tuhan yang diutus (Yohanes 20:21). Dan Ia adalah Bapa yang karena kasih, mengutus Yesus untuk menjangkau dunia.
+   Karena misi sebagai sifat alamiah gereja. Tujuan dari gereja untuk menyebarkan Injil Kristus dan melebarkan Kerajaan Tuhan. Kegagalan dalam melakukan tugas ini sama dengan kegagalan tujuan utama yang semula dicanangkan Kristus ketika mendirikan gereja. Kita diperintahkan untuk "mengabarkan" Kabar Baik atau seperti dikatakan penulis lagu "beritakan kabar baik" (1Petrus 2:9; Yesaya 43:10,21).
+   Karena perintah Tuhan. Amanat Agung adalah perintah yang harus dituruti, bukan sekedar satu permintaan atau nasihat yang bisa tidak dituruti. John Stott menulis: "Gereja telah ada di bawah perintah. Tuhan yang telah bangkit telah menyuruh kita untuk pergi, berkhotbah, memuridkan dan itu telah cukup bagi kita."
Meski demikian, motivasi kita hendaknya bukan bersumber dari kepatuhan atas perintah yang kaku namun lebih dari kasih kita pada Yesus yang telah mengasihi para pendosa yang merindukan keselamatan. Harus bersumber dari hasrat kita yang menyala-nyala untuk melihat jiwa-jiwa datang pada Tuhan.

Siapa Yang Harus Diutus Gereja?
+   Mereka yang telah diselamatkan.
Sikap alami yang harus dimiliki mereka yang telah diselamatkan seharusnya adalah keinginan untuk membagikan sukacita yang telah mereka rasakan dalam Yesus. Gereja, oleh karenanya, harus mengatur, melatih, memperlengkapi dan menggerakkan anggotanya untuk ambil bagian dalam setiap aspek di dunia misi. Setiap orang Kristen memiliki bagian dalam tugas besar misi dan kita harus bertanya pada Tuhan dan diri sendiri tentang hal ini.
+   Mereka yang memenuhi syarat.
Setiap tugas tertentu memerlukan orang tertentu pula. Kita perlu mempertimbangkan talenta rohani tiap orang, selain juga latihan, kemampuan, dan apakah ia mampu bekerja baik dalam kelompok, dengan partner, atau sendirian. Normalnya, persyaratan bagi misionaris meliputi pelatihan Alkitab resmi selain juga pengalaman dalam melayani di gereja. Fisik yang prima, kondisi kejiwaan dan emosi yang sehat juga penting. (Catatan: dalam artian lain, calon misionaris yang terbaik adalah yang dengan rendah hati menyadari bahwa ketaatan adalah yang lebih penting dari segala `persyaratan` yang ia miliki.) Persyaratan lain tergantung pada jenis tujuan pelayanan dari tiap misionaris, terutama di negara yang aturan visanya membatasi jumlah pengunjung yang tak terlatih atau tak memenuhi syarat. Status perkawinan juga harus dipertimbangkan bagi misionaris untuk disesuaikan dengan jenis masyarakat dan bidang pelayanan yang akan ia lakukan di ladang misi. Pergi sebagai lajang atau pasangan menikah masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian sendiri.
Di daerah dengan budaya non-Kristen, misalnya, seorang misionaris wanita lajang mungkin hanya akan memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dengan pria, dan di banyak kasus, misionaris wanita juga harus lebih mempersiapkan diri untuk lebih banyak melayani wanita dan anak-anak. Di hampir kebanyakan situasi, pasangan misionaris yang menikah mungkin akan mendapati bahwa anak mereka pun dapat membantu dalam hal menjalin hubungan atau persahabatan. Di lain pihak, misionaris yang menikah juga harus meluangkan waktu untuk pasangan atau anaknya, yang karenanya akan membuatnya tak selalu siap sedia atau fleksibel.
Status lajang juga dapat disalahpahami di beberapa budaya dimana pria dan wanita menikah di usia muda. Bahkan ada juga budaya yang menganggap jika ada seseorang yang masih belum menikah di usia tertentu, pasti ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Hal-hal seperti ini dan lainnya harus dipahami terlebih dulu.
Mereka yang terpanggil.
Tuhan memanggil para misionaris. Tuhan pulalah yang menyatukan Paulus dan Barnabas dan bukannya pasangan lain yang mungkin memiliki kemampuan yang sama. Gereja di Antiokhia mengutus mereka karena menaati perintah Roh Kudus (Kisah Para Rasul 13).
Saat ini, Tuhan terus memanggil orang-orang tertentu untuk menjadi misionaris. Sebagai umat Tuhan, kita hendaknya tidak menahan namun bersedia melepaskan dan mendukung para hamba yang telah Ia utus untuk pelayanan tertentu.

Gereja Bertanggung Jawab Atas Mereka Yang Diutus
+   Dukungan rohani.
Gereja harus mengutus para misionaris dengan diiringi banyak doa dan puasa (Kisah Para Rasul 13). Beberapa gereja mengadakan "Ibadah Pengutusan" untuk para misionaris mereka di tengah ibadah raya sehingga seluruh jemaat dapat terlibat dalam mendoakan dan mengirimkan orang tersebut. Berdoa secara teratur dan sungguh- sungguh bagi misionaris kita harus menjadi prioritas utama. Kita tidak boleh, setelah mengirim misionaris, kemudian tak peduli lagi dengan keadaannya, dengan tidak banyak mendoakannya. "... jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu ...." (1Samuel 12:23)
+   Dukungan praktis.
Gereja harus mengutus misionaris dengan dukungan praktis. Hal ini meliputi dukungan keuangan, perhatian pribadi dan gembala lewat jalinan komunikasi yang teratur via surat atau telepon; dan menjenguk jika ada kesempatan.
Gereja hendaknya juga melihat apakah kebutuhan mendasar dan kebutuhan jasmani misionaris telah tercukupi. Hal ini meliputi makanan, pakaian, kebutuhan rumah tangga, transportasi, pendidikan anak-anak dan sebagainya. Seorang misionaris pernah bercerita betapa leganya ia ketika seseorang memberikan koper sebelum ia pergi. Hal itulah yang ia butuhkan pada saat itu karena ia mengalami kesulitan membawa barang-barangnya dalam tas kecil yang ia miliki.
Biaya yang dibutuhkan untuk mengirim misionaris memang tinggi, karenanya banyak gereja terhalang masalah dana ini. Namun, beberapa gereja masih dapat melakukannya dengan cara mengumpulkan sumber-sumber yang dimiliki untuk mendukung kebutuhan pekerjanya. Dana yang kurang tidak boleh menghalangi kita untuk menjadi gereja misi.

Kapan Gereja Melakukan Pengutusan?
+   Pada masa kemakmuran.
Bagi mereka yang telah diberkati lebihlah, harapan ini digantungkan. Gereja-gereja yang memiliki banyak sumber dana dan sumber daya hendaknya mau melakukan pengutusan dan dukungan bagi kegiatan misi.
+    Pada masa kesukaran.
Penderitaan bukanlah alasan untuk tidak terlibat dalam kegiatan misi. Seringkali saat gereja sedang sangat membutuhkan baik sumber daya manusia atau materi, mereka cenderung hanya akan memikirkan kebutuhannya sendiri. Namun Alkitab mengatakan bahwa seharusnya bukan ini yang dilakukan.
Kitab Wahyu mungkin ditulis pada masa penganiayaan gereja di bawah kekaisaran Romawi pada abad pertama. Walau demikian kita dapat melihat bahwa meski gereja sedang menderita, orang Kristen tetap mengemban tanggung jawabnya untuk menjadi kesaksian hidup untuk melaksanakan Firman Tuhan dan karya-karya-Nya di bumi.
Gereja di Makedonia sedang dalam ancaman hukuman dan kemiskinan ketika mereka dengan tulus mengirimkan bantuan keuangan pada Paulus. Bahkan mereka berkorban dengan "sukacita meluap". Mereka menganggap bahwa adalah kesempatan istimewa untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan Paulus dan rekan. (2Korintus 8:1-4).
(Tulisan di atas terjemahan dari Buku “Mission for Every Church” tulisan Jojo Manzano khusus pada bagian “The Church and Mission”, hal. 37-45, terbitan OMF Literatur Inc, Philippines, 1994).

Minggu, 14 November 2010

Semakin Semangat (S2)


Teks Alkitab: 1 Raja2 19: 1-8
Pendahuluan:
    Seseorang mengatakan kalimat ini kepada saya: “kehilangan uang adalah kehilangan yang banyak, kehilangan sahabat adalah kehilangan lebih banyak, dan kehilangan semangat adalah kehilangan segala-galanya”.
    Mungkin Anda pernah menonton sebuah drama seri dari Korea yang disiarkan oleh Indosiar. Dalam drama seri tersebut selalu diucapkan kata-kata: “semangat, semangat”.
Marilah kita belajar dari Firman Tuhan tentang Semakin Semangat.Mengapa?
A. Banyak orang kehilangan semangat dalam hidupnya (1 Raja2 19:1-5a)
     “Kehilangan semangat” (discourage) artinya hilangnya kekuatan dan kemampuan  mental serta moral untuk  mengambil resiko, bertekun,
       dan menghadapi bahaya atau kesulitan hidup yang ditandai dengan melemahnya stamina dan minat terhadap sesuatu.
    1. Elia mengalami kehilangan semangat (1 Raja2 19:1-5a).
         a. Ia takut, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya-Ia takut dibunuh oleh Izebel-Elia pergi ke Bersyeba (ayat 3).
            - Elia meninggalkan pelayanannya!
            - Elia adalah nabi yang paling berani dan bersemangat berubah menjadi seorang yang takut dan kehilangan semangat.
               Pemberani berubah jadi Penakut!
-Elia yang disertai oleh Kuasa Tuhan baru saja mengalahkan peperangan iman dan membunuh 450 orang nabi Baal di Gunung
   Karmel (1 Raja2 18: 1-40) dan oleh kuasa Tuhan yang menyertainya ia berlari bisa mendahului Ahab yang menaiki kereta kudanya    
   (1 Raja2 18:41-46).
         b. Ia bersembunyi di padang gurun dari Izebel dan ingin mati, “Cukuplah itu! Sekarang ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini
             tidak lebih baik dari pada nenek moyangku” (ayat 4).
             - Alkitab BIS: 1 Raja2 19:3 berbunyi: “Elia menjadi takut, lalu lari supaya tidak dibunuh. Ia pergi dengan pelayannya ke Bersyeba di
               Yehuda. Di sana ia meninggalkan pelayannya itu, 1 Raja2 19:4,” lalu berjalan kaki ke padang gurun selama sehari dan berhenti di
                bawah sebuah pohon yang rindang. Di situ ia duduk dan ingin supaya mati saja. "Saya tidak tahan lagi, TUHAN," katanya kepada
                 TUHAN. "Ambillah nyawa saya. Saya tidak lebih baik dari leluhur saya!"
              ->Amsal 12:25 “Rasa khawatir mematahkan semangat, tetapi kata-kata ramah
                   membesarkan hati”. Khawatir akan dibuat sehingga Elia kehilangan semangat!
         c. Ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu (ayat 5)-tidak lakukan apa2  padahal masih  siang khan masih bisa pelayanan, bisa
             bekerja?
     2. Ada orang  yang merasa sudah bekerja keras siang malam tetapi seolah-olah tidak ada hasil yang sepadan/diharapkan sehingga
          kehilangan semangat untuk bekerja. Akhirnya ogah-ogahan dan bahkan berhenti dari pekerjaan
     3. Ada yang suka membandingkan diri dengan orang lain yang keadaannya  lebih baik dari dirinya sendiri sehingga merasa tidak ada apa-
         apanya lalu kehilangan semangat dalam hidupnya.
     4.Banyak orang yang kehilangan semangat karena terus-menerus menghadapi serangan-serangan perkataan-perkataan negatif dan tuduhan
        yang sangat memojokkan dan merusak, yang seolah-olah tidak pernah habis- habisnya.
     5. Banyak orang ketika mendengar diagnosa dokter bahwa ada penyakit ganas di tubuhnya, langsung hancur hatinya dan merasa seolah-
         olah seluruh dunianya sudah  berakhir. Semangat hidupnya hilang!
    6. Inilah realitanya dan jujur  kita sering mengalami kehilangan semangat. Contoh: kita kehilangan semangat untuk :
        1.datang ke gereja, dan pertemuan ibadah lainnya.               6. berdoa dan melayani Tuhan
        2. memberitakan Injil atau membawa jiwa bagi Tuhan         7. belajar
        3. membaca dan melakukan Firman Tuhan                           8. memberikan yang terbaik
        4. bekerja                                                                                9.menjalani hidup sehari-hari
        5. mempraktekkan hidup yang benar             
B. Banyak dampak positif atau keuntungan jika kita  semangat (1 Raja2 19:5b-8)
     1. Elia menemukan semangatnya kembali setelah ia dibangunkan 2 kali oleh malaikat serta makan dan minum yang disediakan oleh
         malaikat tsb (ayat 5b-7).
         - Elia keletihan/kelelahan setelah berperang melawan nabi Baal dan berlari mendahului Ahab naik kereta ke Yizreel (1 Raja2 18:46)
           akhirnya tidur!
     2. Elia sanggup melakukan perjalanan dari Bersyeba ke Gn Horeb 40 hari 40 malam-kuat berhari-hari (ayat 8).
     3. Semangat dapat menjaga kesehatan tubuh kita. “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan
         tulang” ( Amsal 17:22).
         - Ada orang yang sakit parah berawal dari kehilangan semangat dalam hidupnya, bukan karena penyebab luar seperti virus atau kuasa
           kegelapan ( setan)!
         - Orang yang semangat jika sakit, maka ia akan cepat sembuh!
    4. Semangat dapat membuat kita bertahan dalam penderitaan. “Orang yang  bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa
        akan memulihkan semangat yang patah? (Amsal 18:14).
        - Kehilangan semangat membuat kita mudah putus asa dan kalah hadapi penderitaan, tantangan hidup, sakit-penyakit. 
   5. Semangat dapat menolong kita mencapai hasil maksimal atas apa yang kita kerjakan, “Tetapi kami terus membangun tembok sampai 
       setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati” (Nehemia 4:6).
       Terjemahan Alkitab  dalam BIS Neh 4:6 berbunyi: “Sementara itu kami terus memperbaiki tembok itu, dan tak lama kemudian seluruh
            tembok itu  selesai diperbaiki sampai setengah tinggi, sebab rakyat bekerja dengan penuh  semangat”.
         - Semangat akan membuat kita menjadi lebih berdedikasi dan bekerja dengan sepenuh hati memberikan seluruh kemampuan kita.
- Seorang yang memiliki semangat besar dan sedikit keterampilan akan lebih unggul daripada seorang yang memiliki keterampilan
   hebat namun tidak memiliki semangat.
C. Banyak cara yang Tuhan lakukan agar tetap kita semangat (1 Raja2 19:5-7)
     1. Elia menemukan semangat hidupnya kembali, semangat untuk bekerja, semangat untuk melayani Tuhan saat Tuhan mengutus
          malaikatNya untuk menjumpai dan membangunkan Elia (ayat 5-7).
         - Elia mendapatkan seorang yang baik mau mempedulikan hidupnya setelah sekian lama ia kesepian (ay. 10, 14).
         -> Tuhan bisa mengutus orang lain untuk mempedulikan dan menemani kita
     2. Elia menemukan semangatnya kembali setelah ia makan dan minum  2 kali dilayani oleh malaikat yang diutus Tuhan (ayat 6,8).
         - Elia lapar sehingga lemah badannya, demontrasi kepada Tuhan, tapi saat kenyang
            ia diam dan kembali bersemangat!
         - Tuhan bisa melakukan mujizatNya untuk menolong kita ! Jadilah saluran berkatNya untuk mempedulikan orang lain juga yang sedang
             alami kesulitan hal ini.
         Kuncinya:  “Carilah Tuhan maka kita akan mendapatkan hidup” HIDUP penuh semangat! Tuhan memberikan SEMANGAT yang
                            BARU!
     Yesaya 50:4:” Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat
baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
    Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk tidak kehilangan semangat sekalipun begitu banyak kesukaran, tantangan, kesulitan tetapi janganlah menyerah melainkan teruslah bersemangat.
    Marilah kita berkomitmen kepada Tuhan untuk tetap terus bersemangat dan peduli situasi apapun yang sedang kita hadapi hari ini.
    Roma 12:11 (BIS):” Bekerjalah dengan rajin. Jangan malas. Bekerjalah untuk Tuhan dengan semangat dari Roh Allah”.
    Jadilah seorang yang antusias. Kata enthusiasm berasal dari bahasa Yunani en dan theos. en  : di dalam; theos : Allah mereka yang berada di dalam Allah dan Allah di dalam mereka pasti memiliki dan memberikan semangat.
LAGU PENUTUP: “kekuatan dihidupku, kudapat dalam YESUS”
Outline khotbah Pdt.Yusuf Eko W di Ibadah Raya Pagi GSJA Isa Almasih Legok,Tangerang Minggu, 14 Nopember 2010

Selasa, 09 November 2010

SUASANA "TERTAWA ITU SEHAT" DALAM KELUARGA

    Di dalam sebuah keluarga terdengar gemuruh tawa ria, entah karena ada yang berlaku seolah-olah dirinya adalah orang yang sedang diceritakan, atau sedang memperagakan perdebatan kecil yang baru dilihat atau dialaminya atau sekedar menyampaikan cerita ringan pada waktu makan bersama.
    Bagaimanakah dengan keadaan di rumah Anda? Apakah humor dan rasa senang tertawa merupakan salah satu dari keterampilan dan sikap yang penting yang akan dipelajari anak-anak Anda dari Anda? Tidak banyak hal lain yang lebih unggul yang dapat membuat orang menjadi sehat selain daripada tertawa.  Sesungguhnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Amsal sejak dahulu kala: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur" (Amsal 17:22).  
    Mengapa bisa demikian?
   Karena tertawa merangsang peredaran darah, menstabilkan tekanan darah, meningkatkan pemberian oksigen pada darah, memperlancar pencernaan, dan memijat organ-organ tubuh yang penting.  Bahkan akhir-akhir ini telah terbukti bahwa tertawa itu menolong tubuh untuk mengatasi rasa nyeri yang kronis.
    Tertawa juga merupakan obat yang hebat untuk kerohanian.  Tertawa itu juga meninggalkan kesenangan seseorang untuk terus hidup, mengurangi stres, dan memperlancar hubungan antar pribadi, yaitu orang tua dengan anak, suami dengan isteri dan sebaliknya, serta kakak dengan adik. Entah Anda menganggap diri Anda seorang yang suka melucu atau tidak, Anda selalu dapat memanfaatkan senyuman dan sikap jenaka untuk kebaikan keluarga Anda.
    Selain hal di atas,apa manfaat lain kita menciptakan suasana humor atau pola 'tertawa itu sehat' dalam keluarga?
    Pertama, rasa humor  juga menolong para orang tua yang dengan teliti memikirkan bagaimana perasaan anak-anaknya untuk "memperkenankan anak-anak berlaku sebagai anak-anak". Berlaku sebagai anak-anak merupakan suatu hal yang membuat hati anak-anak menjadi nyaman dan anak-anak bisa berekpresi sebagai anak-anak.
    Kedua, gelak tertawa dapat menyegarkan semangat manusia, terutama pada saat-saat krisis dan dalam keadaan emosi yang sangat berat. Perlu sekali terbangunnya hubungan keakraban yang dipenuhi dengan canda di antara orang tua dan anak.
    Ketiga, tidak ada hal lain yang dapat menghilangkan ketegangan dan menetralkan keadaan di tengah konflik selain daripada suatu babak yang diisi dengan gelak tertawa. Konfrontasi dapat diredakan dan kemarahan dapat disejukkan oleh sedikit suasa canda tawa.
    Disinilah orang tua harus menjadi teladan pola hidup 'tertawa itu sehat' dalam hubungan suami-isteri dalam keluarganya sehingga anak-anaknya pun akan mengikutinya. Jangan terus-menerus membangun suasana yang 'tegang' atau 'menekan' tetapi biasakanlah ada lelucon-lelucon yang muncul dan canda tawa dalam kebersamaan yang merekatkan hubungan satu dengan yang lain.
    Masa anak-anak tanpa gelak tertawa pasti akan merupakan cerita yang suram.  Gelak tertawa itu obat yang manjur-dan dalam hal ini Anda sebagai orang tua dapat menjadi dokter keluarga Anda!