Selasa, 23 Juli 2013

BERSEMANGAT BERITAKAN INJIL !



oleh Pdt.Yusuf Eko W
Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, …” (Kisah Para Rasul 18 : 25b)


Apolos, seorang Yahudi berasal dari Aleksandria, salah seorang jemaat mula-mula yang bersemangat beritakan Injil Kristus (Kis.18:24-25). Bagaimana dengan kita? Seharusnya kita pun bersemangat untuk beritakan Injil Kristus!
Kisah Para Rasul adalah kitab yang tidak diakhiri dengan kesimpulan penutup tentang apa yang dilakukan Allah melalui Roh Kudus dan para rasul. Allah bermaksud supaya karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya dilanjutkan sampai kesudahan zaman oleh orang-orang percaya masa kini.
Kisah Para Rasul (disingkat Kis.) sudah mengajarkan kepada orang percaya tentang gereja mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus membuatnya menjadi gereja yang hidup dalam kesetiaan, kemenangan terhadap tekanan musuh dan demontrasi kuasa Allah!
Ini adalah pola yang seharusnya diikuti gereja pada masa kini, kekuatan Roh Kudus dinyatakan dalam pemberitaan Injil. Dengan demikian gereja masa kini, yaitu kita bersemangat beritakan InjilNya. Bukankah waktu Roh Kudus hadir dalam gerejaNya kita diberikan kuasa untuk memberitakan Injil dan menjadi saksiNya dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi? (Kis.1:8).
Seharusnya kehidupan kita adalah lanjutan dari Kisah Para Rasul—memiliki semangat juga beritakan Injil seperti Apolos, dan murid-murid, para rasul dalam gereja mula-mula.
Kita adalah kasha dari orang-orang percaya yang membuat sejarah (history maker) dalam generasi kita. Kisah tentang orang-orang yang membangun Kerajaan Allah di muka bumi.
Sudahkah berita Injil  kita sampaikan di dalam keluarga kita? pekerjaan? usaha dagang? Pergaulan muda-mudi? dalam pertemuan-pertemuan sosial (arisan,dll)? Dan kesempatan-kesempatan yang lain sehingga banyak orang menjadi percaya?
Mari kita semua bersemangat beritakan Injil Kristus !

Kamis, 21 Februari 2013

DIURAPI UNTUK MELAYANI TUHAN



 oleh Pdt.Yusuf Eko Widiarto

Pendahuluan:
Dalam konsernya, Niccolo Paganini sedang memainkan biolanya tetapi tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, tetapi dia meneruskan permainan biolanya. Yang sangat mengejutkan terjadi lagi yaitu senar biola yang lain pun putus satu persatu dan hanya meninggalkan satu senar saja. Tetapi Niccolo Paganini tidak menyerah, dia memilih untuk terus memainkan biola dengan satu senarnya sampai selesai dan sungguh luar biasa peristiwa ini justru mengangkat namanya lebih terkenal lagi.[1]
Mengapa Niccolo Paganini berhasil mengatasi masalahnya? Karena dia tidak melihat kepada senar-senar yang putus, dia tidak mau ditentukan oleh senar-senar yang putus, tetapi memilih untuk melihat dan menggunakan apa yang masih dia miliki yaitu satu senarnya.
Tetapi masih ada Pelayan Injil[2] lebih melihat apa yang tidak ada sehingga merasa tak mampu melayani Tuhan. Renungan hari ini mengajak  untuk memfokuskan perhatian bukan kepada hal-hal yang tidak ada tapi pada apa yang yang pasti masih dimilikinya yaitu Tuhan Yesus yang telah menjanjikan Sang Penolong, Roh Kudus  (Kis.1:4-5,8) sehingga menjadi seorang Pelayan Injil yang diurapi untuk melayani Tuhan.

Pengurapan Dalam Alkitab
Dalam Perjanjian Lama orang untuk menjadi raja (Hak.9:8; 2 Sam 2:4; 1 Raja 1:34), imam besar (Kel. 28:41) dan  nabi (1 Raja 19:16).[3]
Pengurapan itu menghasilkan sesuatu atas yang diurapi, orang  menjadi kudus (Kel. 30:22-33) dan keramat (tak boleh dilukai) (1 Sam. 24:7).[4]
Secara asasi pengurapan adalah tindakan Allah (1 Sam. 10:1). Karena itu istilah 'diurapi' dapat berarti sudah menerima karunia ilahi (Mzm 23:5; 92:10). Atau, sudah diberi tempat atau fungsi istimewa dalam rencana Allah (Mzm 105:15; Yes. 45:1). Selanjutnya, pengurapan melambangkan perlengkapan untuk pelayanan, dan dihubungkan dengan pencurahan Roh Allah (1 Sam. 10:1, 9; 16:13; Yes. 61:1; Za. 4:1-14).
Hal ini diberlakukan juga dalam Perjanjian Baru (Kis. 10:38; 1 Yoh. 2:20, 27). Pemakaian minyak untuk mengurapi orang sakit dalam Yak. 5:14, paling baik dimengerti sebagai menunjuk kepada Roh Kudus, pemberi kehidupan.
 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu. Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada- Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan- Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu dan pengajaranNya itu benar, tidak dusta dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal dalam Dia” (I Yohanes 2:26-27).
Perhatikan kata ‘pengurapan’ di atas berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu to anoint = mengurapi, diurapi yaitu diolesi atau disiram dengan minyak. Pengurapan mempunyai tujuan. Seorang diurapi dengan tujuan untuk memegang tugas jabatan tertentu. Daud diurapi dengan minyak oleh Samuel untuk menjadi raja. Harun diurapi untuk memegang jabatan imam besar.

Ciri Pelayan Injil yang Diurapi untuk Melayani Tuhan: S-I-P
Ciri Pelayan Injil yang diurapi untuk melayani Tuhan adalah Pelayan Injil yang S-I-P yaitu Melayani bukan hanya dilayani (Servant of God), Melayani dengan impartasi kuasa Roh Kudus (Imparter), dan Melayani penuh kuasa Roh Kudus (Powerful).

Melayani bukan hanya dilayani (Servant of God)
Pelayan Injil yang melayani bukan hanya dilayani atau dengan bahasa lain,“Jangan Hanya Dilayani”[5] sebaliknya sadar bahwa dirinya  adalah seorang ‘Pelayan Tuhan’ (Servant of God).
Rasul Petrus mengingatkan, “layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Pet. 4:10). Seorang Pelayan Injil harus berkomitmen untuk melayani dengan karunia yang ada. Bahkan Tuhan Yesus memberikan teladan pelayanan ketika Ia membasuh kaki semua murid-Nya. Dan, Tuhan Yesus pun jauh-jauh hari telah menegaskan, “…sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Tuhan Yesus selalu bertindak cepat untuk melayani umat-Nya.
Kiranya setiap Pelayan Injil akan menjadi seorang yang tidak hanya NATO artinya No Action Talk Only (hanya bicara tidak ada tindakan). Kunci dari segalanya adalah menjaga integritas diri seorang Pelayan Injil agar selalu melayani dan bukan menuntut untuk dilayani saja!
Jika ia adalah seorang gembala sidang, maka ia  harus senantiasa meneladani pola penggembalaan Tuhan Yesus, Sang Gembala Agung yang berkomitmen dan telah membuktikannya yaitu ‘berkorban’ bagi domba-domba-Nya.
Memetik pelajaran dari setiap kejadian yang ada bahwa jangan sampai ada yang menjadi korban karena gara-gara kesalahan tindakan Pelayan Injil. Jika, suatu program tidak tercapai bukan karena orang yang dilayaninya yang tidak bisa melaksanakannya, melainkan dari Pelayan Injil-lah yang belum bisa memberikan teladan untuk melaksanakannya. Jika orang yang dilayani tidak bertumbuh ada kemungkinan karena Pelayan Injil-nya juga tidak bertumbuh. Ada pepatah, “Jika melihat buah harus melihat pohonnya”. Bukankah tidak mungkin jika buah semangka berasal dari pohon mangga?
Biarlah setiap Pelayan Injil meminta kekuatan oleh Roh Kudus untuk senantiasa berkomtimen dan melayani dengan baik orang yang dilayaninya. Bahkan, VIP service harus menjadi motto agar setiap orang yang kita layani, jemaat yang dilayani merasa dipuaskan dan diberkati dengan pelayanannya.
Pelayanan Tuhan Yesus sebagai model pelayanan adalah ‘menyelamatkan’ seluruh umat manusia di muka bumi ini dan “barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal”(Yohanes 3:16).
SELALU SIAP MELAYANI” bergema dalam diri setiap Pelayan Injil, maka orang yang dilayaninya akan mengikuti jejak teladannya. Kiranya, setiap Pelayan Injil selalu melayani dan bukan dilayani!

Melayani dengan impartasi kuasa Roh Kudus (Imparter)
Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kisah Rasul 3:6).
            Seorang Pelayan Injil yang melayani dengan impartasi kuasa Roh Kudus akan menjadi seorang “Imparter. Seseorang disebut imparter jika hidupnya digunakan untuk mengimpartasikan sesuatu kepada orang lain dan yang diimpartasikan itu adalah segala hal yang baik yang berasal dari Tuhan, sehingga orang tersebut mengalami perubahan di dalam hidupnya.
Seorang imparter harus punya sesuatu untuk diimpartasikan. Petrus adalah imparter Petrus memiliki itu sehingga ketika dia bertatapan dengan mata orang lumpuh itu, dia berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu!” Kuncinya bukan terletak pada emas dan perak, tetapi pada sesuatu yang tidak terlihat mata, yang ada di dalam hidup Petrus. Apa itu? Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"
Petrus punya Yesus yang luar biasa di dalam hidupnya dan itulah yang dibagikannya kepada orang lain ! Bagaimana dengan para Pelayan Injil yang melayani saat ini?
Hari-hari ini Tuhan sedang membangkitkan satu generasi seperti Petrus. Generasi imparter yang bergerak tidak dengan mengandalkan emas dan perak, tetapi dengan kuasa di dalam dirinya. Itulah yang menjadi isi hati Allah bagi dunia hari-hari ini. Dia mencurahkan Roh-Nya untuk membuat kita memiliki sesuatu yang bisa kita bagikan kepada orang lain supaya orang lain mengalami pemulihan. Petrus punya kuasa Roh Kudus di dalam dirinya.
Itulah yang membuat Rasul ini melayani dengan kuasa Roh Kudus. Siapa yang dipakainya menjadi imparter? Adalah orang yang mau diurapi dengan kuasa Roh Kudus. Siapa? Allah rindu menemukan hal itu di dalam diri setiap Pelayan Injil !
Diurapi dengan kedahsyatan adalah kuasa Roh Kudus yang bermanifestasi di dalam diri dan melalui seorang imparter. Kuasa itu sudah tersedia. Sudah dicurahkan sejak ribuan tahun yang lalu. Minta kuasa itu dicurahkan atasmu. Jangan sampai terjadi orang lain mendapatkan apa yang kita cari. Jadilah wadah dimana Roh Kudus bekerja.
Wadah itu adalah hidup, pekerjaan, pelayanan dan seluruh totalitas kita. Dapatkan kuasanya untuk menjadi seorang imparter!


Melayani Penuh kuasa Roh Kudus (Powerful)
Yesus disebut Kristus, artinya “Yang diurapi”. Dia melakukan pekerjaan-Nya dengan urapan Roh Kudus yang diterima-Nya dalam sebuah peristiwa ketika Yesus dibaptis air di sungai Yordan, dan setelah itu turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati (Mat. 3:16).
Tuhan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit dan melepaskan orang-orang yang dirasuki setan dengan Roh Kudus (Mat. 12:28; Kis 10:38). Segala mujizat yang dilaksanakan-Nya adalah mujizat Roh Kudus, Ia berikan kuasa Roh Kudus kepada keduabelas murid-Nya dan kemudian 70 murid-Nya untuk memberitakan Injil yang disertai dengan mujizat kesembuhan dan kelepasan (Mat. 10:1-15; Luk 10:1-20).
Sebelum naik ke sorga Ia perintahkan 120 murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem, sampai mereka sekalian terima Kuasa Roh Kudus, agar bisa menjadi saksi-saksi-Nya dari Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kis. 1:4-8, 2:14).
Pelayanan hamba-hamba Tuhan seperti Rasul Petrus, Stefanus, Rasul Paulus, dan seterusnya hingga kepada hamba-hamba Tuhan yang melayani sekarang ini yang melanjutkan pelayanan Tuhan Yesus Kristus di bumi, mereka melayani  penuh kuasa Roh Kudus.

Rasul Petrus 
 Dalam pelayanan Rasul Petrus sampai bayangannya menyembuhkan orang sakit (Kisah 5:15). Sering ketika rasul ini lewat, orang-orang sakit dibaringkan di sisi jalan yang hendak dilewatinya. Walaupun rasul ini tidak secara khusus menumpangkan tangan atas orang-orang sakit itu, namun oleh iman mereka, maka Roh Kudus di dalam diri Petrus langsung bekerja, menyembuhkan orang-orang yang sakit, walaupun “tidak secara khusus” diminta oleh Petrus.
Rasul Petrus telah membawa ribuan orang Yahudi kepada Kristus oleh kuasa Roh Kudus (Kis. 5:12-16).

Stefanus 
Dalam Kisah Para Rasul 6:3,5,8 terdapat tiga kata yang selalu didahului dengan kata ‘penuh’ yaitu penuh Roh, penuh hikmat, penuh iman, penuh karunia, penuh kuasa.  Stefanus adalah seorang pelayan Tuhan yang penuh artinya melayani secara total. Melayani dengan sepenuh hati dan  sepenuh hidupnya.

Rasul Paulus
Rasul Paulus dan kawan-kawan telah menjungkir-balikkan dunia kafir dengan kuasa Roh Kudus (Kis. 17:6; Roma 15:18-19). Pelayanan Rasul Paulus dapat disimak dari pelayanannya sesudah pertobatannya hingga perjalanan misinya (Kis.9:20 - 21:8)
Dengan landasan pemikiran yang sama, para Pelayan Injil untuk melanjutkan pelayanan Tuhan Yesus di bumi hendaklah melayani penuh kuasa Roh Kudus.
Melayani penuh kuasa Roh Kudus berarti bukan melayani setengah-setengah, bukan melayani kalau ada keuntungan dari dalamnya, tetapi melayani dalam segala keadaan. Tuhan tidak mau kita melayani setengah hati yaitu hanya sekedar melakukan kewajiban. Tetapi kalau kita dipercayakan melayani, Tuhan minta pelayanan yang sepenuh hati. Sehingga pelayanan  kita menjadi pelayanan yang memuliakan Tuhan. Setiap pelayanan kita dituntut pertangungjawaban tetapi juga akan dipahalai dengan segala berkat dan kemuliaan Tuhan kalau kita melayani sepenuhnya.
       Ketika mulai percaya, menerima Roh Kudus, karunia Allah. Karunia Roh Kudus yang sudah tinggal di dalam dirinya, seorang Pelayan Injil dapat memanifestasikan sifat-sifat Allah dan juga memanifestasikan kuasa Allah, dan manifestasi Roh Kudus dapat bekerja melalui iman.  Jadi seberapa besar iman yang dimilikinya, sebesar itu juga karunia Roh Kudus dapat bermanifestasi.
Melayani Tuhan merupakan sebuah pengalaman penting yang bisa mengubah kehidupan Pelayan Injil  menjadi penuh kuasa atau “powerful”. Seorang menjadi powerful karena dirinya dipenuhi oleh Roh Kudus bahkan diberikan kuasa untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi (Kis.1:8).

Penutup
Dalam sebuah kesempatan, Yesus bersabda: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;” (Yoh. 14:12). 
Ayat tersebut mengajarkan bahwa Tuhan  menghendaki agar setiap orang percaya (termasuk Pelayan Injil) di segala zaman dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan sama seperti yang Yesus pernah lakukan, dan bahkan ada peluang untuk melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi.
Selanjutnya perlu kita perhatikan nasehat dari  William W.Menzies dan Stanley M.Horton:
            “Mereka yang telah dipanggil  untuk   pelayanan khusus     hendaknya    tidak    
            berusaha untuk menduduki  posisi  tertinggi, tidak juga mencari kemasyhuran,
            kuasa duniawi, atau hak istimewa.    Sebaliknya, pelayanan penuh kasih, setia,
            rendah hati, memberikan diri mereka   kepada Tuhan     dan kepada orang lain,
            akan menandai semua perbuatan mereka.  Allah yang akan mengatur kenaikan
            pangkat mereka, jika itu kehendak-Nya.”[6]
            Akhirnya, Penulis ingin mengajak setiap Pelayan Injil yang “Diurapi Untuk Melayani Tuhan” agar menjadi Pelayan Injil yang  S-I-P yaitu ‘Servant of God’, ‘Imparter’, dan ‘Powerful’, melanjutkan pelayanan Tuhan Yesus disertai dengan kedewasaan rohani dan karakternya untuk Cinta Tuhan, Rendah hati, Jujur dan Rajin sehingga banyak jiwa yang diselamatkan, jemaat yang dimuridkan menjadi dewasa dan gereja bertumbuh, serta setia memberitakan Injil Kerajaan Allah  bagi kemuliaan Tuhan.




[1]Disarikan dari http://www.suplemengki.com/dipersiapkan-diperlengkapi-untuk-melayani/
[2]Istilah Pelayan Injil untuk menjelaskan seorang Pelayan Tuhan dalam organisasi GSJA dalam seluruh jenjang kependetaannya baik Surat Keterangan, Pendeta Pembantu, Pendeta Muda dan Pendeta (sesuai Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan GSJA di Indonesia). Untuk membedakan dari istilah Hamba Tuhan, sebab setiap orang percaya (termasuk jemaat yang bukan Pelayan Injil atau anggota kependetaan GSJA) yang hidup dan melayani Tuhan juga disebut sebagai Hamba Tuhan.
[3]http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Pengurapan. Pengurapan itu sendiri melambangkan karya Roh Kudus dalam menguduskan dan melengkapi orang untuk melayani Tuhan. Dalam PL, imam (Kel 30:30), para nabi (1 Raj 19:16), dan raja-raja (1 Raj 1:34) diurapi dengan minyak sebelum memulai tugas mereka. Mesias atau Kristus artinya "Yang diurapi". Yesus diurapi oleh Roh Kudus (Luk 4:18) menjadi Nabi, Imam dan Raja. Begitu pula, kita diurapi oleh Roh Kudus (2 Kor 1:21; 1 Yoh 2:27) dan dimampukan menjadi imamat yang rajani (1 Ptr 2:9). Kel 30:30; Im 8:12.
[4] idem
[5]Disarikan dari artikel “JANGAN HANYA DILAYANI” bersumber dari “CORETAN HARIANKU” ditulis oleh Pdt.Yusuf Eko Widiarto (yang dikirimkan via email kepada Sekretaris Umum BPP GSJA di Indonesia, Pdt.Budi Setiawan saat itu:wed, Jun 22,2011 at 8.33 AM) dan telah dimuat dalam website GSJA di Indonesia (www.org) pada tanggal 22 Juni 2011 dan dimuat dalam Majalah Pelayan Injil GSJA di Indonesia  “Kerygma” Vol.15,2011.

[6] William W.Menzies dan Stanley M.Horton, Doktrin Alkitab. Cetakan Keempat. (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2011), hal.187-188.

Selasa, 01 Mei 2012

DI ANTARA DUA PILIHAN




Dalam kehidupan sehari-hari kita sering diperhadapkan dengan kenyataan untuk memilih salah satu  di antara dua pilihan: sakit atau sehat?, lapar atau kenyang?, kurang atau lebih? Bagi seorang pelajar: tinggal kelas atau naik kelas?– bagi seorang pedagang: tidak terjual dagangannya atau laris? – bagi seorang karyawan perusahaan: bolos kerja atau lembur (offertime) dengan bonus  dari boss-nya.
Kenyataan hidup yang kita hadapi seakan-akan berbeda dari harapan kita, perhatikan bagaimana kelaparan hebat melanda seluruh penduduk  Samaria. Bukankah penduduk kota Samaria mengenal Allah dan hidup menyembah Dia. Tetapi kenyataannya mereka dikepung oleh tentara Aram di bawah pimpinan Raja Benhadad (2 Raja-raja 6:24-33), dampaknya harga barang2 yang biasanya dibuang dan ‘menjijikan’ pun mahal harganya dan menjadi bahan makanan seperti 1 (satu) kepala keledai seharga 80 syikal perak (dirupiahkan sekitar Rp.535,766,-) dan seperempat kap (cangkir) tahi merpati seharga 5 syikal perak (dirupiahkan sekitar Rp.307,230,-). Wow bukankah mahal harganya? Di sisi lain, bukankah itu bukanlah  makanan yang halal bagi warga Kerajaan Yehuda yang berpusat ibukota di Samaria dalam periode kepemimpinan Raja Yoram saat itu.
Seakan-akan seperti penggalan dari isi lagu yang plesetin  oleh seseorang : “naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali,….kiri kanan kulihat saja…barang-barang naik harganya…..kiri kanan mahal harganya…he…he.) dan juga, lagu dari Slank ,salah satu group musik rock Indonesia judulnya: “Naik-naik….”. Semuanya terjadi karena terbatasnya bahan pasokan makanan yang habis di Kota Samaria yang membutuhkan suplai (import) dari kota lain sedangkan situasi saat itu tidak menginjinkan warga Samaria mendatangkan bahan makanan dari luar Samaria.
Juga, karena mahalnya harga bahan makanan membuat sebagian yang lain menjadi barbar seperti digambarkan di dalam 2 Raja-raja 6:26-29, dimana ada dua perempuan telah membunuh, memasak dan memakan daging anaknya sendiri. Dahulu sempat negeri kita digegerkan dengan Sang Pemakan Mayat alias “Sumanto’ tetapi adiknya, “Parno” ikut mayat juga seperti dikutip http://koranbaru.com/parno-adik-dari-sumanto-juga-pemakan-mayat/ edisi 17 Maret 2011, tetapi ini justru ini lebih sadis! Bicara kelaparan mememang sesuatu yang patut direnungkan, dimana data Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan setiap 5 detik di dunia ada 1 orang meninggal karena kelaparan, demikian dipaparkan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon pada 16 November 2009 (Selasa, 11 Agustus 2010 oleh http://wahw33d.blogspot.com/2010/08/tingkat-kematian-akibat-kelaparan-di.html).
Mengapa banyak orang demo tolak kenaikkan harga bahan bakar bumi
(BBM)? Karena kuatir kenaikkan harga BBM tersebut akan berimbas harga-harga sembako,transportasi, jasa dan lainnya akan naik karena semuanya pakai BBM..takut tidak sanggup penuhi kebutuhannya! Jika BBM naik, maka  diprediksi akan bertambah 1,5 juta warga miskin baru di Indonesia seperti dituturkan http://www.lensaindonesia.com pada Rabu, 28 Maret 2012.
Tetapi sebagai orang percaya kepada TUHAN , kira harus memimilih yang BENAR sesuai kehendak TUHAN, dimana melalui kehendakNya TUHAN pasti memelihara kehidupan kita. Sekalipun mungkin BBM akan naik, yang pasti BBM (Berkat-Berkat Mengikuti), berkat Tuhan akan menngikuti hidup kita.
Dalam situasi sesulit apapun pilihlah satu di antara dua pilihan YANG BENAR sesuai FIRMAN TUHAN !
Dengan bercermin dari kisah nyata di dalam Kitab 2 Raja-raja 6:32-7:20 – Mari kita pelajari bagaimana orang-orang yang mengenal Tuhan ini memilih apa yang BENAR salah satu di antara dua pilihan  yang dihadapinya.
Elisa, Walaupun sempat takut,  tetapi akhirnya berani karena Firman Tuhan (2
Raja-raja 6:32,33-7:1-3).
          Setiap orang pasti memiliki rasa takut terhadap sesuatu; ada yang takut jika masuk dalam ruangan yang gelap, ada yang takut jika ada di atas ketinggian, serta ada yang takut mendengar suara yang aneh atau asing. Demikianlah Elisa takut karena ia mendengar bahwa Raja marah kepadanya bahkan akan membunuhnya (2 Raja-raja 6:33).
Jangan sampai ketakutan membuat kita tidak  mempercayai TUHAN lagi seperti Raja dan ajudannya (2 Raja-raja 6:33; 7:2). Seperti Raja Samaria mengatakan bahwa TUHAN tidak bisa diharapkan lagi (6:33). Bukankah TUHAN adalah sumber harapan hidup kita, dan IA bisa diharapkan oleh kit. Seperti ajudan Raja Samaria mengatakan bahwa TUHAN tidak bisa lagi berbuat apa-apa (7:2a). Bukankah, tiada yang MUSTAHIL bagi ALLAH: “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37) dan “Segala sesuatu mungkin bagi orang percaya” (Markus 9:23)
Jangan lupa bahwa kuasa Firman Tuhan bisa mengubah keadaan (2 Raja-raja
7:1). Oleh karena sangat penting kita hidup dan bertumbuh dalam Firman Tuhan.
Marilah kita jangan mau lagi dikuasai oleh ketakutan sebaliknya beranilah
karena Fiman Tuhan sebab “FirmanMu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”  (Mazmur 119:105) dan “sebab Allah  tidak memberikan kpd kita roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2 Timotius 1:7)
Empat orang kusta, walaupun dalam posisi merasa tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi akhirnya melakukan apa yang terbaik dalam hidupnya (2 Raja-raja 7:3-7).
4 orang kusta diperhadapkan dengan dengan 2 pilihan yaitu berserah MATI saja atau pertahankan HIDUP yang digambarkan dengan 3 hal yang dipertimbangkan: pertama,  masuk ke kota Samaria tapi akan ikut mati kelaparan seperti warga yang lainnya; kedua, duduk2 saja di dekat pintu gerbang kota berarti menunggu mati juga;
ketiga, masuk ke perkemahan tentara Aeam hasilnya untung-untungan, bisa tetap hidup atau mati.
Akhirnya mereka memilih masuk ke wilayah musuk. Ternyata  perkemahan itu penuh dengan makanan dan harta benda yang ditinggalkan begitu saja karena Allah telah meporak-porandakan tentara Aram.
Jangan  terus-menerus dalam posisi merasa tidak bisa berbuat apa-apa sehingga kita nyata-nyata tidak berbuat apa-apa (2 Raja-raja  7:3-4).jangan’NATO’  (No Action Talk Only=tidak ada tindakan hanya bicara saja atau ‘omdo’ omong doing )tetapi ‘talk less do more’ (sedikit bicara banyak bertindak).
Tidak seorang pun manusia dalam kenyataannya tidak ada yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya karena masih ada keraguan untuk mengambil keputusan dan bertindak. Jika kita ragu-ragu mengambil keputusan maka tidak akan ada perubahan. Tuhan memberikan kemampuan kepada setiap orang untuk melakukan  sesuatu bahkan melakukan apa yang terbaik.
Tidak semua hal berhubungan dengan apa yang bisa dilakukan harus kita semua yang melakukan dalam kehidupan ini. Tuhan akan melakukan apa yang IA lakukan, sedangkan kita harus lakukan apa yang harus kita lakukan. Hendaklah: “apa yang menjadi bagian Tuhan pasti Tuhan akan lakukan, dan apa yang menjadi bagian kita, kita harus lakukan juga”.
Jangan  menuntut orang lain (pihak lain) untuk berbuat sesuatu untuk kita, melainkan kita belajar menuntut diri kita berbuat sesuatu untuk diri kita dan  orang lain (2 raja-raja 7:5, 9). Inilah yang dikatakan sebagai belajar berbuat sesuatu yang terbaik  (2 Raja-raja 7:5b). Di samping itu, kita selalu yakin bahwa perbuatan Tuhan demi kebaikan semua orang yang percaya padaNya (2 Raja-raja 7:5b). Juga, kita perlu Belajar  berbuat dengan bergantung kepada kuasa Tuahn (2 Raja-raja 7:6). Ingatlah bahwa perbuatan Tuhan terkadang di luar akal kita (2 Raja-raja 7:6). Inilah yang akan meneguhkan iman kita agar dimampukan melakukan yang terbaik karena kekuatan yang Ia berikan kepada kita.
Jika kita belajar memilih apa yang benar sesuai Firman Tuhan dan kehendak Allah maka ada hasil akhir luar biasa seperti digambarkan di dalam 2 Raja-raja 7:16, “Maka keluarlah penduduk kota itu menjarah tempat perkemahan orang Aram. Karena itu sesukat tepung yang terbaik berharga sesyikal dan dua sukat jelai berharga sesyikal, sesuai dengan Firman TUHAN
Mari kita hadapi hari-hari hidup kita dengan pilihan yang bijak. Melangkah dengan perhitungan yang cermat, benar dan penuh hikmat TUHAN hasilnya akan mendatangkan campur tangan Allah. Ambil keputusan dan bertindak untuk memilih yang BENAR sesuai kehendak TUHAN dan firmanNya saja karena itu pasti memelihara hidup kita. Atasi ketakutan kita, sebaliknya belajar berani karena Firman Tuhan. Yakinlah dengan diri kita yang dimampukan oleh TUHAN untuk melakukan yang terbaik dalam kehidupan ini – “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).