oleh Pdt.Yusuf Eko Widiarto
Pendahuluan:
Dalam
konsernya, Niccolo Paganini sedang memainkan biolanya tetapi tiba-tiba salah
satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, tetapi dia
meneruskan permainan biolanya. Yang sangat mengejutkan terjadi lagi yaitu senar
biola yang lain pun putus satu persatu dan hanya meninggalkan satu senar saja.
Tetapi Niccolo Paganini tidak menyerah, dia memilih untuk terus memainkan biola
dengan satu senarnya sampai selesai dan sungguh luar biasa peristiwa ini justru
mengangkat namanya lebih terkenal lagi.[1]
Mengapa
Niccolo Paganini berhasil mengatasi masalahnya? Karena dia tidak melihat kepada
senar-senar yang putus, dia tidak mau ditentukan oleh senar-senar yang putus,
tetapi memilih untuk melihat dan menggunakan apa yang masih dia miliki yaitu
satu senarnya.
Tetapi
masih ada Pelayan Injil[2]
lebih melihat apa yang tidak ada sehingga merasa tak mampu melayani Tuhan.
Renungan hari ini mengajak untuk
memfokuskan perhatian bukan kepada hal-hal yang tidak ada tapi pada apa yang
yang pasti masih dimilikinya yaitu Tuhan Yesus yang telah menjanjikan Sang
Penolong, Roh Kudus (Kis.1:4-5,8)
sehingga menjadi seorang Pelayan Injil yang diurapi untuk melayani Tuhan.
Pengurapan Dalam Alkitab
Dalam Perjanjian Lama orang untuk menjadi raja (Hak.9:8;
2 Sam 2:4;
1 Raja 1:34),
imam besar (Kel. 28:41)
dan nabi (1 Raja 19:16).[3]
Pengurapan itu menghasilkan sesuatu atas yang diurapi,
orang menjadi kudus (Kel. 30:22-33)
dan keramat (tak boleh dilukai) (1 Sam. 24:7).[4]
Secara asasi pengurapan adalah tindakan Allah (1 Sam. 10:1).
Karena itu istilah 'diurapi' dapat berarti sudah menerima karunia ilahi (Mzm 23:5; 92:10).
Atau, sudah diberi tempat atau fungsi istimewa dalam rencana Allah (Mzm 105:15;
Yes. 45:1).
Selanjutnya, pengurapan melambangkan perlengkapan untuk pelayanan, dan
dihubungkan dengan pencurahan Roh Allah (1 Sam. 10:1, 9;
16:13; Yes. 61:1;
Za. 4:1-14).
Hal ini diberlakukan juga dalam Perjanjian Baru (Kis. 10:38;
1 Yoh. 2:20, 27).
Pemakaian minyak untuk mengurapi orang sakit dalam Yak. 5:14,
paling baik dimengerti sebagai menunjuk kepada Roh Kudus, pemberi kehidupan.
“Semua
itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan
kamu. Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan
yang telah kamu terima dari pada- Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh
orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan- Nya mengajar kamu tentang segala
sesuatu dan pengajaranNya itu benar, tidak dusta dan sebagaimana Ia dahulu
telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal dalam Dia” (I
Yohanes 2:26-27).
Perhatikan
kata ‘pengurapan’ di atas berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu to
anoint = mengurapi, diurapi yaitu diolesi atau disiram dengan minyak. Pengurapan
mempunyai tujuan. Seorang diurapi dengan tujuan untuk memegang tugas jabatan
tertentu. Daud diurapi dengan minyak oleh Samuel untuk menjadi raja. Harun
diurapi untuk memegang jabatan imam besar.
Ciri Pelayan Injil yang Diurapi untuk Melayani Tuhan: S-I-P
Ciri
Pelayan Injil yang diurapi untuk melayani Tuhan adalah Pelayan Injil yang S-I-P yaitu Melayani bukan hanya
dilayani (Servant of God), Melayani
dengan impartasi kuasa Roh Kudus (Imparter),
dan Melayani penuh kuasa Roh Kudus (Powerful).
Melayani bukan hanya dilayani (Servant of God)
Pelayan
Injil yang melayani bukan hanya dilayani atau dengan bahasa lain,“Jangan Hanya
Dilayani”[5]
sebaliknya sadar bahwa dirinya adalah
seorang ‘Pelayan Tuhan’ (Servant of God).
Rasul
Petrus mengingatkan, “layanilah seorang
akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang
sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Pet. 4:10). Seorang
Pelayan Injil harus berkomitmen untuk melayani dengan karunia yang ada. Bahkan
Tuhan Yesus memberikan teladan pelayanan ketika Ia membasuh kaki semua murid-Nya.
Dan, Tuhan Yesus pun jauh-jauh hari telah menegaskan, “…sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”
(Matius 20:28). Tuhan Yesus selalu bertindak cepat untuk melayani umat-Nya.
Kiranya
setiap Pelayan Injil akan menjadi seorang yang tidak hanya NATO artinya No Action Talk Only (hanya bicara tidak
ada tindakan). Kunci dari segalanya adalah menjaga integritas diri seorang
Pelayan Injil agar selalu melayani dan bukan menuntut untuk dilayani saja!
Jika
ia adalah seorang gembala sidang, maka ia
harus senantiasa meneladani pola penggembalaan Tuhan Yesus, Sang Gembala
Agung yang berkomitmen dan telah membuktikannya yaitu ‘berkorban’ bagi
domba-domba-Nya.
Memetik
pelajaran dari setiap kejadian yang ada bahwa jangan sampai ada yang menjadi
korban karena gara-gara kesalahan tindakan Pelayan Injil. Jika, suatu program
tidak tercapai bukan karena orang yang dilayaninya yang tidak bisa melaksanakannya,
melainkan dari Pelayan Injil-lah yang belum bisa memberikan teladan untuk
melaksanakannya. Jika orang yang dilayani tidak bertumbuh ada kemungkinan
karena Pelayan Injil-nya juga tidak bertumbuh. Ada pepatah, “Jika melihat buah
harus melihat pohonnya”. Bukankah tidak mungkin jika buah semangka berasal dari
pohon mangga?
Biarlah
setiap Pelayan Injil meminta kekuatan oleh Roh Kudus untuk senantiasa
berkomtimen dan melayani dengan baik orang yang dilayaninya. Bahkan, VIP
service harus menjadi motto agar setiap orang yang kita layani, jemaat yang
dilayani merasa dipuaskan dan diberkati dengan pelayanannya.
Pelayanan
Tuhan Yesus sebagai model pelayanan adalah ‘menyelamatkan’ seluruh umat manusia
di muka bumi ini dan “barangsiapa yang
percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal”(Yohanes
3:16).
“SELALU SIAP MELAYANI” bergema dalam diri
setiap Pelayan Injil, maka orang yang dilayaninya akan mengikuti jejak
teladannya. Kiranya, setiap Pelayan Injil selalu melayani dan bukan dilayani!
Melayani dengan impartasi kuasa Roh Kudus (Imparter)
“Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada
padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus,
orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kisah Rasul 3:6).
Seorang Pelayan Injil yang
melayani dengan impartasi kuasa Roh Kudus akan menjadi seorang “Imparter”. Seseorang
disebut imparter jika hidupnya digunakan untuk mengimpartasikan sesuatu kepada
orang lain dan yang diimpartasikan itu adalah segala hal yang baik yang berasal
dari Tuhan, sehingga orang tersebut mengalami perubahan di dalam hidupnya.
Seorang
imparter harus punya sesuatu untuk diimpartasikan. Petrus adalah imparter Petrus
memiliki itu sehingga ketika dia bertatapan dengan mata orang lumpuh itu, dia
berkata, “Emas dan perak tidak ada
padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu!” Kuncinya bukan
terletak pada emas dan perak, tetapi pada sesuatu yang tidak terlihat mata,
yang ada di dalam hidup Petrus. Apa itu? Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret
itu, berjalanlah!"
Petrus
punya Yesus yang luar biasa di dalam hidupnya dan itulah yang dibagikannya
kepada orang lain ! Bagaimana dengan para Pelayan Injil yang melayani saat ini?
Hari-hari
ini Tuhan sedang membangkitkan satu generasi seperti Petrus. Generasi imparter
yang bergerak tidak dengan mengandalkan emas dan perak, tetapi dengan kuasa di
dalam dirinya. Itulah yang menjadi isi hati Allah bagi dunia hari-hari ini. Dia
mencurahkan Roh-Nya untuk membuat kita memiliki sesuatu yang bisa kita bagikan
kepada orang lain supaya orang lain mengalami pemulihan. Petrus punya kuasa Roh
Kudus di dalam dirinya.
Itulah
yang membuat Rasul ini melayani dengan kuasa Roh Kudus. Siapa yang dipakainya
menjadi imparter? Adalah orang yang mau diurapi dengan kuasa Roh Kudus. Siapa?
Allah rindu menemukan hal itu di dalam diri setiap Pelayan Injil !
Diurapi
dengan kedahsyatan adalah kuasa Roh Kudus yang bermanifestasi di dalam diri dan
melalui seorang imparter. Kuasa itu sudah tersedia. Sudah dicurahkan sejak
ribuan tahun yang lalu. Minta kuasa itu dicurahkan atasmu. Jangan sampai
terjadi orang lain mendapatkan apa yang kita cari. Jadilah wadah dimana Roh
Kudus bekerja.
Wadah
itu adalah hidup, pekerjaan, pelayanan dan seluruh totalitas kita. Dapatkan
kuasanya untuk menjadi seorang imparter!
Melayani Penuh kuasa Roh Kudus (Powerful)
Yesus disebut Kristus, artinya “Yang diurapi”.
Dia melakukan pekerjaan-Nya dengan urapan Roh Kudus yang diterima-Nya dalam
sebuah peristiwa ketika Yesus dibaptis air di sungai Yordan, dan setelah itu
turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati (Mat. 3:16).
Tuhan
Yesus menyembuhkan orang-orang sakit dan melepaskan orang-orang yang dirasuki
setan dengan Roh Kudus (Mat. 12:28; Kis 10:38). Segala mujizat yang
dilaksanakan-Nya adalah mujizat Roh Kudus, Ia berikan kuasa Roh Kudus kepada keduabelas
murid-Nya dan kemudian 70 murid-Nya untuk memberitakan Injil yang disertai
dengan mujizat kesembuhan dan kelepasan (Mat. 10:1-15; Luk 10:1-20).
Sebelum
naik ke sorga Ia perintahkan 120 murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem, sampai
mereka sekalian terima Kuasa Roh Kudus, agar bisa menjadi saksi-saksi-Nya dari
Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kis. 1:4-8, 2:14).
Pelayanan hamba-hamba Tuhan seperti Rasul
Petrus, Stefanus, Rasul Paulus, dan seterusnya hingga kepada hamba-hamba Tuhan
yang melayani sekarang ini yang melanjutkan pelayanan Tuhan Yesus Kristus di
bumi, mereka melayani penuh kuasa Roh
Kudus.
Rasul Petrus
Dalam pelayanan Rasul Petrus sampai bayangannya
menyembuhkan orang sakit (Kisah 5:15). Sering ketika rasul ini lewat,
orang-orang sakit dibaringkan di sisi jalan yang hendak dilewatinya. Walaupun
rasul ini tidak secara khusus menumpangkan tangan atas orang-orang sakit itu,
namun oleh iman mereka, maka Roh Kudus di dalam diri Petrus langsung bekerja,
menyembuhkan orang-orang yang sakit, walaupun “tidak secara khusus” diminta
oleh Petrus.
Rasul Petrus telah membawa ribuan orang
Yahudi kepada Kristus oleh kuasa Roh Kudus (Kis. 5:12-16).
Stefanus
Dalam
Kisah Para Rasul 6:3,5,8 terdapat tiga kata yang selalu didahului dengan kata
‘penuh’ yaitu penuh Roh, penuh hikmat, penuh iman, penuh karunia, penuh
kuasa. Stefanus adalah seorang pelayan Tuhan yang penuh artinya melayani
secara total. Melayani dengan sepenuh hati dan sepenuh hidupnya.
Rasul
Paulus
Rasul Paulus dan kawan-kawan telah
menjungkir-balikkan dunia kafir dengan kuasa Roh Kudus (Kis. 17:6; Roma
15:18-19). Pelayanan Rasul Paulus dapat disimak dari pelayanannya sesudah
pertobatannya hingga perjalanan misinya (Kis.9:20 - 21:8)
Dengan landasan pemikiran yang sama, para Pelayan
Injil untuk melanjutkan pelayanan Tuhan Yesus di bumi hendaklah melayani penuh
kuasa Roh Kudus.
Melayani
penuh kuasa Roh Kudus berarti bukan melayani setengah-setengah, bukan melayani
kalau ada keuntungan dari dalamnya, tetapi melayani dalam segala keadaan. Tuhan
tidak mau kita melayani setengah hati yaitu hanya sekedar melakukan kewajiban.
Tetapi kalau kita dipercayakan melayani, Tuhan minta pelayanan yang sepenuh
hati. Sehingga pelayanan kita menjadi pelayanan yang memuliakan Tuhan.
Setiap pelayanan kita dituntut pertangungjawaban tetapi juga akan dipahalai
dengan segala berkat dan kemuliaan Tuhan kalau kita melayani sepenuhnya.
Ketika mulai percaya, menerima
Roh Kudus, karunia Allah. Karunia Roh Kudus yang sudah tinggal di dalam
dirinya, seorang Pelayan Injil dapat memanifestasikan sifat-sifat Allah dan
juga memanifestasikan kuasa Allah, dan manifestasi Roh Kudus dapat bekerja
melalui iman. Jadi seberapa besar iman
yang dimilikinya, sebesar itu juga karunia Roh Kudus dapat bermanifestasi.
Melayani Tuhan merupakan sebuah
pengalaman penting yang bisa mengubah kehidupan Pelayan Injil menjadi penuh kuasa atau “powerful”. Seorang
menjadi powerful karena dirinya dipenuhi oleh Roh Kudus bahkan diberikan kuasa
untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi (Kis.1:8).
Penutup
Dalam
sebuah kesempatan, Yesus bersabda: “Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga
pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;” (Yoh.
14:12).
Ayat tersebut mengajarkan bahwa Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya
(termasuk Pelayan Injil) di segala zaman dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan
sama seperti yang Yesus pernah lakukan, dan bahkan ada peluang untuk melakukan
pekerjaan yang lebih besar lagi.
Selanjutnya perlu kita perhatikan
nasehat dari William W.Menzies dan
Stanley M.Horton:
“Mereka
yang telah dipanggil untuk pelayanan khusus hendaknya tidak
berusaha untuk menduduki posisi
tertinggi, tidak juga mencari kemasyhuran,
kuasa duniawi, atau hak
istimewa. Sebaliknya, pelayanan penuh
kasih, setia,
rendah hati, memberikan diri
mereka kepada Tuhan dan kepada orang lain,
akan menandai semua perbuatan
mereka. Allah yang akan mengatur
kenaikan
pangkat mereka, jika itu
kehendak-Nya.”[6]
Akhirnya, Penulis ingin mengajak
setiap Pelayan Injil yang “Diurapi Untuk Melayani Tuhan” agar menjadi Pelayan
Injil yang S-I-P yaitu ‘Servant of God’, ‘Imparter’, dan ‘Powerful’,
melanjutkan pelayanan Tuhan Yesus disertai dengan kedewasaan rohani dan
karakternya untuk Cinta Tuhan, Rendah hati, Jujur dan Rajin sehingga banyak
jiwa yang diselamatkan, jemaat yang dimuridkan menjadi dewasa dan gereja bertumbuh,
serta setia memberitakan Injil Kerajaan Allah bagi kemuliaan Tuhan.
[1]Disarikan dari http://www.suplemengki.com/dipersiapkan-diperlengkapi-untuk-melayani/
[2]Istilah Pelayan Injil untuk
menjelaskan seorang Pelayan Tuhan dalam organisasi GSJA dalam seluruh jenjang
kependetaannya baik Surat Keterangan, Pendeta Pembantu, Pendeta Muda dan
Pendeta (sesuai Tata Gereja dan Peraturan
Pelaksanaan GSJA di Indonesia). Untuk membedakan dari istilah Hamba Tuhan,
sebab setiap orang percaya (termasuk jemaat yang bukan Pelayan Injil atau
anggota kependetaan GSJA) yang hidup dan melayani Tuhan juga disebut sebagai
Hamba Tuhan.
[3]http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Pengurapan.
Pengurapan itu sendiri melambangkan karya Roh Kudus dalam menguduskan dan
melengkapi orang untuk melayani Tuhan. Dalam PL, imam (Kel 30:30), para nabi (1 Raj 19:16), dan raja-raja (1 Raj 1:34)
diurapi dengan minyak sebelum memulai tugas mereka. Mesias atau Kristus artinya
"Yang diurapi". Yesus diurapi oleh Roh Kudus (Luk 4:18)
menjadi Nabi, Imam dan Raja. Begitu pula, kita diurapi oleh Roh Kudus (2 Kor 1:21;
1 Yoh 2:27)
dan dimampukan menjadi imamat yang rajani (1 Ptr 2:9).
Kel 30:30;
Im 8:12.
[4] idem
[5]Disarikan dari artikel “JANGAN
HANYA DILAYANI” bersumber dari “CORETAN HARIANKU” ditulis oleh Pdt.Yusuf Eko
Widiarto (yang dikirimkan via email kepada Sekretaris Umum BPP
GSJA di Indonesia, Pdt.Budi Setiawan saat itu:wed, Jun 22,2011 at 8.33 AM) dan telah dimuat dalam website
GSJA di Indonesia (www.org) pada tanggal 22 Juni 2011 dan dimuat dalam Majalah
Pelayan Injil GSJA di Indonesia
“Kerygma” Vol.15,2011.
[6] William W.Menzies dan Stanley
M.Horton, Doktrin Alkitab. Cetakan
Keempat. (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2011), hal.187-188.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar